Botol
Lagi-lagi ini
terjadi, sesuatu yang konyol yang hanya elok jika diperankan oleh orang
ongol-ongol. Ini tolol! Aku tak bisa lagi membiarkan ini menggumpal, ini bisa
merusak mentalku.
“Kamu memang
malas, terlalu manja, bangun susah, sudah bangun... jadi tambah susah,
Dddddder! Luar biasa! Aku benci ini.
“Kalau
begitu, kenapa kau bangunkan?”
“Dassar!!! Memang yah,
kamu sangat pandai melawan orang tua, kamu pikir kamu sudah jadi apa?”.
Suasana
semakin panas, orang tuaku kini semakin menjengkelkan, kubiarkan mereka
berceloteh sepuas mereka. Mungkin itulah ritual paginya.
“Ah, anak
bodoh! Kenapa tidak lekas kamu bersiap-siap? Apa susahnya mandi lebih awal?
Sudah tua, masih saja jadi urusan orang tua, mau jadi apa kamu, ha?”
Sementara giginya
digigit, suaranya gemetaran dan dengan wajahnya yang memerah, iapun berlalu
sambil berucap,
“bukannya
lekas bersiap-siap, berangkat kerumah Nenne, disana orang bercanda ria,
makan-makan, ketawa-ketiwi, dan orang tua bisa jadi muda lagi.” Dia berlalu.
Dassar orang
tua, kalau ngomong selalu hyperbola, aku dibilang tua lah, kalau aku udah tua,
mereka namanya apa yah? ugghh!
Tiba-tiba ada
sesuatu yang sangat deras, mengalir dari bagian tengah-atasku, menjalar kebagian
tengah tubuhku, aku merasa...
tiba-tiba,
aku menginginkan sesuatu, aku ingin..
“makan-makan”.
Aku
ingat, kata itu pernah kudengar sebelumnya, ya...! Aku bangkit, meloncat dan
berdiri dengan cepat, kaki kiriku kuangkat hendak kulangkahkan, tiba-tiba.. ia
tak ingin mendarat lagi, kenapa?
Tiba-tiba
kepalaku memproses sesuatu ke dalam gumpalan daging yang berada di dalamnya,
aku mengingat perkataan ibu, “rumah Nenne”. Apa? Aku tak mungkin ke sana,
bukan? Gengsi toh? Sudah bertengkar berjam-jam hanya karena menolak kesana,
lalu tiba-tiba saja aku ingin kesana? Memalukan!
Kutarik
kembali kaki kiriku yang hendak kudaratkan, itu tak mungkin kulakukan, ada
botol dibawahnya.
Aku tak siap terkilir
lagi.
Beru,
1 May 2013
Komentar
Posting Komentar